Konservasi Tanaman
Bambu untuk DAS
Air merupakan
bagian terpenting dalam hidup manusia. Hampir seluruh aktifitas manusia
disokong oleh air. Terlebih lagi bagi kaum islam, dari bangun tidur sampai tidur
lagi mereka selalu membutuhkan air untuk bersuci dan melaksanakan ibadah
shalat. Begitu pentingnya air bagi manusia membuat kita harus menjaga sumber daya air dengan baik.
Namun hal ini tidak disadari oleh banyak orang sehingga apa yang kita lihat
sekarang adalah banyaknya sumber daya air yang hampir rusak dan dalam keadaan
kritis. Ini terbukti dari banyaknya daerah aliran sungai (DAS) yang berada
dalam kondisi kritis, di Jawa misalnya terdapat sekitar 16 DAS dalam kondisi
kritis. Kondisi kritis pada DAS tersebut dapat terlihat sewaktu musim hujan
mengalami banjir, sedangkan pada musim kemarau mengalami kekeringan meskipun
hal ini juga bisa dipengaruhi oleh tipe aliran dasar/bawah tanah (baseflow) DAS itu sendiri. Kekritisan
DAS ini disebabkan oleh banyaknya DAS yang telah kehilangan wilayah hijaunya,
seharusnya setiap DAS harus memiliki wilayah hijau 30% dari luas DAS. Namun
kenyataanya banyak DAS yang memiliki wilayah hijau kurang dari 30%.
Selain
berkurangnya luas wilayah hijau di DAS, penyebab lain adanya kekritisan DAS
adalah adanya eksplorasi wilayah dataran banjir dan ruang sempadan air yang
seharusnya dibiarkan menjadi tanah yang
lapang malah beralih menjadi ruang terbangun dan pemukiman. Sehingga ketika
terjadi banjir wilayah tersebut juga ikut merasakan dampaknya. Karena kesalahan
dalam memberi kebijakan akan penggunaan sumber daya alam (SDA) inilah yang
mengakibatkan bencana alam tak berkesudahan memakan banyak korban baik dalam
segi materil maupun korban jiwa. Sehingga perlu adanya tindakan konservasi yang
bisa memenuhi dua tujuan yakni tujuan ekologis dan ekonomi bagi masyarakat
sekitar.
Konservasi
yang mampu mencakup kedua tujuan itu adalah konservasi lahan dengan tanaman
bambu sebelum dilakukan konservasi jangka panjang dengan tanaman berkayu. Bambu
dipilih sebagai tanaman konservasi di DAS karena tanaman ini memiliki
keuntungan dalam segi ekonomi, budaya dan ekologis. Selain itu tanaman ini
dapat ditanam pada semua jenis tanah. Bambu juga tahan kekeringan dan bisa
tumbuh dengan baik di lahan curam, sehingga bambu mempunyai potensi untuk
menahan longsor. Sebagai tanaman konservasi DAS, bambu sebaiknya ditanam
berderet menyerupai teras pada sebuah lereng dan membentuk sabuk gunung, agar
fungsinya menjadi maksimal karena akar bambu akan saling terkait dan mengikat
antar rumpun. Rumpun bambu berikut serasah di bawahnya juga mampu menahan top soil hingga tidak hanyut tergerus
limpasan air hujan (runoff).
Tanaman bambu
merupakan tanaman berakar serabut yang merupakan anyaman atau jaring-jaring
alami, sehingga mampu memperbaiki sumber tangkapan air yang baik dan
meningkatkan cadangan air bawah tanah secara nyata. Selain mampu memperbaiki
sumber tangkapan air, tanaman bambu juga memiliki kemampuan untuk menahan erosi
dan tanah longsor di sekitarnya. Hal ini dikarenakan perakarannya tumbuh sangat
rapat dan menyebar ke segala arah, serta memiliki struktur yang unik karena
terkait secara horizontal dan vertikal, sehingga tidak mudah putus
dan mampu berdiri kokoh. Dengan karakteristik perakaran
seperti itu, memungkinkan tanaman ini menjaga sistem hidrologis yang
mendukung ekosistem tanah dan air, sehingga dapat dipergunakan
sebagai tanaman konservasi. Dari segi ekonomi, bambu dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat dalam berbagai bentuk kerajinan tangan dan kuliner. Dari segi
sosial budaya, bambu dimanfaatkan untuk membuat alat-alat musik tradisional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar