Senin, 22 April 2013


Konservasi Tanaman Bambu untuk DAS


Air merupakan bagian terpenting dalam hidup manusia. Hampir seluruh aktifitas manusia disokong oleh air. Terlebih lagi bagi kaum islam, dari bangun tidur sampai tidur lagi mereka selalu membutuhkan air untuk bersuci dan melaksanakan ibadah shalat. Begitu pentingnya air bagi manusia membuat kita  harus menjaga sumber daya air dengan baik. Namun hal ini tidak disadari oleh banyak orang sehingga apa yang kita lihat sekarang adalah banyaknya sumber daya air yang hampir rusak dan dalam keadaan kritis. Ini terbukti dari banyaknya daerah aliran sungai (DAS) yang berada dalam kondisi kritis, di Jawa misalnya terdapat sekitar 16 DAS dalam kondisi kritis. Kondisi kritis pada DAS tersebut dapat terlihat sewaktu musim hujan mengalami banjir, sedangkan pada musim kemarau mengalami kekeringan meskipun hal ini juga bisa dipengaruhi oleh tipe aliran dasar/bawah tanah (baseflow) DAS itu sendiri. Kekritisan DAS ini disebabkan oleh banyaknya DAS yang telah kehilangan wilayah hijaunya, seharusnya setiap DAS harus memiliki wilayah hijau 30% dari luas DAS. Namun kenyataanya banyak DAS yang memiliki wilayah hijau kurang dari 30%.
Selain berkurangnya luas wilayah hijau di DAS, penyebab lain adanya kekritisan DAS adalah adanya eksplorasi wilayah dataran banjir dan ruang sempadan air yang seharusnya  dibiarkan menjadi tanah yang lapang malah beralih menjadi ruang terbangun dan pemukiman. Sehingga ketika terjadi banjir wilayah tersebut juga ikut merasakan dampaknya. Karena kesalahan dalam memberi kebijakan akan penggunaan sumber daya alam (SDA) inilah yang mengakibatkan bencana alam tak berkesudahan memakan banyak korban baik dalam segi materil maupun korban jiwa. Sehingga perlu adanya tindakan konservasi yang bisa memenuhi dua tujuan yakni tujuan ekologis dan ekonomi bagi masyarakat sekitar.


Konservasi yang mampu mencakup kedua tujuan itu adalah konservasi lahan dengan tanaman bambu sebelum dilakukan konservasi jangka panjang dengan tanaman berkayu. Bambu dipilih sebagai tanaman konservasi di DAS karena tanaman ini memiliki keuntungan dalam segi ekonomi, budaya dan ekologis. Selain itu tanaman ini dapat ditanam pada semua jenis tanah. Bambu juga tahan kekeringan dan bisa tumbuh dengan baik di lahan curam, sehingga bambu mempunyai potensi untuk menahan longsor. Sebagai tanaman konservasi DAS, bambu sebaiknya ditanam berderet menyerupai teras pada sebuah lereng dan membentuk sabuk gunung, agar fungsinya menjadi maksimal karena akar bambu akan saling terkait dan mengikat antar rumpun. Rumpun bambu berikut serasah di bawahnya juga mampu menahan top soil hingga tidak hanyut tergerus limpasan air hujan (runoff).
Tanaman bambu merupakan tanaman berakar serabut yang merupakan anyaman atau jaring-jaring alami, sehingga mampu memperbaiki sumber tangkapan air yang baik dan meningkatkan cadangan air bawah tanah secara nyata. Selain mampu memperbaiki sumber tangkapan air, tanaman bambu juga memiliki kemampuan untuk menahan erosi dan tanah longsor di sekitarnya. Hal ini dikarenakan perakarannya tumbuh sangat rapat dan menyebar ke segala arah, serta memiliki struktur yang unik karena terkait secara horizontal dan vertikal, sehingga  tidak mudah  putus  dan  mampu  berdiri kokoh. Dengan karakteristik perakaran seperti itu, memungkinkan tanaman ini menjaga sistem hidrologis yang mendukung ekosistem tanah dan air, sehingga  dapat  dipergunakan  sebagai tanaman konservasi. Dari segi ekonomi, bambu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dalam berbagai bentuk kerajinan tangan dan kuliner. Dari segi sosial budaya, bambu dimanfaatkan untuk membuat alat-alat musik tradisional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar