Sabtu, 29 Maret 2014

My First Short Story : Indahnya JalanMu


Kali ini mau posting tulisan terbaruku,, sebenarnya ndak baru-baru juga,, ini mengenai kisah yang pernah saya dengar ketika saya ikut seminar semasa kuliah dulu. Yang menyampaikan cerita adalah salah satu pengisi acara. Saya lupa nama beliau,,

Indahnya JalanMu

Dengerin lagu itu jadi teringat suatu kisah. Kali ini aku akan coba untuk menceritakan kisah itu.
Sang raja siang telah kembali ke peraduannya. Menandakan Zul pergi ke kantor. Hari itu terasa biasa baginya. Dengan semangat dia melangkahkan kakinya ke stasiun kereta. Di depan tempat pembelian karcis telah tersedia satu karcis khusus untuknya, tanpa mengucapkan arah tujuannya sang penjaga  sudah memberinya karcis. Petugas itu bernama pak Nandang, bagi Zul beliau sudah dianggapnya seperti ayah sendiri. Setiap gajian Zul pasti menyisihkan sebagian uangnya untuk membantu pembayaran spp anak-anak pak Nandang. Gaji  pak Nandang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Beliau harus menanggung seluruh kebutuhan keluarganya yang berjumlah 10 orang sendirian.  “Pagi Zul...” sapa pak Nandang. “assalamu’alaikum pak... “ balas Zul. Pak Nandang tertawa geli menyadari kekeliruannya sambil menjawab salam Zul. Zul pun hanya membalas dengan senyuman. “Terima kasih pak,,  “ ucap Zul sambil memberikan uang dan bergegas menuju tempat menunggu kereta. Tak lama berselang, kereta yang Zul tunggu telah datang. Para penumpang langsung berebut masuk untuk mencari tempat duduk. Setelah dirasa cukup aman, Zul langsung naik kereta.
Hampir seluruh tempat duduk di dalam kereta penuh sesak oleh penumpang yang mayoritasnya karyawan. Zul berjalan menyusuri gerbong dan berharap agar ada satu tempat duduk yang kosong. Harapannya tidak sia-sia, ada satu tempat duduk yang masih kosong meskipun dia harus duduk bersama dengan para ibu. Saat yang bersamaan ada seorang gadis yang baru datang dan mencoba mencari tempat duduk. Dengan sopan salah satu ibu menawarkannya untuk duduk di sampingnya. Dan sekarang tempat duduk itu pun penuh.
Sepuluh menit kemudian kereta berangkat dan hampir seluruh gerbong telah dipenuhi oleh penumpang, baik yang duduk maupun yang berdiri. Pemandangan ini sudah biasa di mata Zul. Setiap hari kondisi kereta selalu penuh sesak terutama jam masuk kantor dan pulang kantor.
Suara informasi pemberhentian di setiap stasiun sekali lagi menggema di seluruh gerbong “Stasiun Juanda, terima kasih atas kepercayaan anda terhadap PT. Kereta Api Indonesia”. Satu stasiun lagi saat Zul akan turun. Tiba-tiba Zul bersin, secara otomatis Zul langsung mengucap hamdalah. Gadis yang duduk satu tempat duduk dengannya langsung menjawab “yar hamukallah”. Zul kemudian menjawab “ya hadi kumullah”, dengan tersenyum Zul langsung bertanya nama dan alamat gadis itu. Sontak gadis itu bingung dengan pertanyaan pemuda yang sekarang berdiri di hadapannya itu.
“percayalah,, aku orang baik. Perkenalkan namaku Zul...”
“aku Zarra, tempat tinggalku di Jalan baru No 34 Bekasi Timur” Tanpa berpikir lagi, Zarra menjawab pertanyaan Zul.
“Stasiun Gambir, terima kasih atas kepercayaan anda terhadap PT. Kereta Api Indonesia”, Zul langsung turun dari kereta dan bergegas untuk ke kantor.
Satu minggu setelah pertemuannya dengan Zarra. Zul berkunjung ke rumah Zarra bersama keluarga pak Nandang. Saat Zarra membuka pintu, alangkah terkejutnya Zarra melihat Zul. Dengan sedikit bingung Zarra mempersilahkan Zul beserta keluarga pak Nandang untuk masuk dan duduk.
Zarra bertanya kepada Zul mengenai maksud kedatangannya. Zul meminta Zarra untuk memanggilkan orang tuanya. Zarra sekali lagi dengan kebingungannya langsung memanggil kedua orang tuanya.
Saat kedua orang tua Zarra duduk dan bertanya maksud kedatangan Zul. Zul langsung mengungkapkan kedatangannya untuk meminang Zarra sebagai istrinya. Ibu Zarra terkejut mendengar ucapan Zul. Namun dengan tenang, Ayah Zarra bertanya kepada Zul.
“Apa yang kamu katakan itu serius?”
“saya sangat serius pak...”
“Apa yang membuatmu ingin meminang Zarra?”
“karena agama dan budi pekertinya pak,, “
“apa maksud nak Zul?”
Zul pun menceritakan peristiwa di kereta satu minggu yang lalu. Ketika Zarra menjawab doa Zul ketika bersin. Ayah Zarra langsung memanggil putrinya dan bertanya apakah yang diucapkan Zul benar, serta apakah Zarra menerima pinangan dari Zul. Tanpa berpikir lagi Zarra menjawab “insyaallah kami berjodoh yah,, “. Sontak pak Nandang dan Zul mengucap syukur.
Begitu indah cara Allah mempertemukan jodoh seseorang dalam waktu yang tepat dan sangat tak terduga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar