Senin, 07 Mei 2012

Bangunan Peninggalan Belanda

Hari ini aku mencoba untuk menulis di blog,, lagi... ^^ namun berbeda dengan tulisan sebelumnya,, hari ini tulisanku lebih fokus pada kompetisi yang diadakan untuk penulis blog yippi.. mengenai kompetisi itu aku cuma mau nyoba-nyoba aja,, siapa tahu menang hoho..^^ yuk dimulai aja,, simak ya informasi berikut,,

Kalau disebut kata Belanda pasti nggak asing lagi ya,, negara yang pernah menjajah negara kita ini paling banyak berpengaruh terhadap bangunan di Indonesia lho!!!. Mau tahu contohnya??? lihat aja di kawasan kota lama Jakarta,, daerah sekitar Stasiun Kota. Hampir semua bangunan di sana merupakan bangunan peninggalan bangsa Belanda. Saat ini sebagian besar bangunan di sana dijadikan sebagai bangunan konservasi yang bersejarah. Awalnya pembangunan di sana dilakukan untuk kepentingan perdagangan sekaligus sebagai pembawa arsitektur bangunan yang sedang berkembang di Belanda dan wilayah sekitar benua Eropa saat itu.

Jika diperhatikan awalnya bangunan-bangunan tersebut belum mengadaptasi iklim tropis. Bangunan-bangunan tersebut masih sesuai dengan bangunan wilayah beriklim empat musim seperti pada negara asalnya, Belanda. Hal ini terlihat dari desain Gedung Sejarah Jakarta yang didirikan pada tahun 1712, Toko Merah yang didirikan tahun 1740, dan Gedung Museum Keramik dan Senirupa yang didirikan tahun 1866. Gedung-gedung tersebut masih belum mempertimbangkan aspek aliran udara yang cukup penting pada bangunan arsitektur tropis. Hal ini sesuai dengan buku Controlling Air Movement-A Manual for Architects and Builders yang ditulis oleh Boutet pada tahun 1987 dan dikutip Hidajat (2008). Buku ini membahas mengenai aliran udara yang dibuat pada bagian bukaan di kaki bangunan (oculus) dan bukaan pada dinding yang diberi sirip atas (teritisan/overhang) sehingga tercipta sirkulasi udara/ventilasi silang dan peneduhan gedung dari terpaan cuaca tropis seperti hujan.

Toko Merah (Hidajat, 2008)

Museum Sejarah Jakarta (Hidajat, 2008)

Baru lah pada tahun 1887 sebuah bangunan yang sesuai dengan iklim tropis dibangun, yakni Gedung Bank Dagang Negara dan Gedung Bank Bumi Daya yang didirikan pada abad 19 juga terlihat telah sesuai dengan konsep arsitektur tropis, yakni melalui penerapan teritisan atap, oculus, dan jendela yang dibuat menjorok ke dalam. Selain itu pada desain Gedung Bank Indonesia yang didirikan tahun 1900 dan Museum Wayang yang
didirikan tahun 1912, juga telah terlihat upaya-upaya antisipasi terhadap iklim tropis.


Bank Bumi Daya (Hidajat, 2008)
Bank Indonesia (Hidajat, 2008)

Bangunan-bangunan yang ada pada wilayah lama kota tersebut telah menggambarkan kepribadian luhur dari suatu bangsa yang tak kan terlupakan oleh bangsa kita. Dimana bangsa Belanda selalu memiliki ide, inovasi, dan selalu bertanya pada diri mereka sendiri dalam hal ini mengantisipasi iklim setempat untuk menjadikan kondisi yang nyaman bagi suatu bangunan. Karena pada dasarnya bangunan yang bagus merupakan bangunan yang bisa membuat rasa nyaman bagi penghuninya. Semoga bangsa Indonesia bisa belajar dari kegigihan bangsa Belanda dalam menyalurkan ide dan inovasi-inovasi baru demi kesejahteraan negara Indonesia, Amin..^^

Hidajat A. 2008. Aspek Iklim dalam Desain Bangunan di Kawasan Konservasi Kota Jakarta. Dalam: Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 36, No. 1, Juli 2008: 75-80.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar